Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Kenapa Selalu Berpecah-belah?

Oleh : Imam Khomeini r.a. S esungguhnya kita tidak mengetahui tujuan perpecahan dan bergolong-golongan itu. Apakah perpecahan itu tercetus karena kepentingan dunia semata-mata, atau perkara manakah yang menyebabkan Saudara berpecah-belah karena dunia? Sesungguhnya perpecahan Saudara tentang urusan keduniaan itu suatu perkara yang aneh! Ya Allah, bagaimana hal ini bisa terjadi pada Saudara yang berilmu pengetahuan dan memakai sorban?! S esungguhnya seorang ulama yang membayangkan hubungannya dengan Allah dibalik alam tabi’i (alam tabiat) ini, seorang alim yang terdidik di madrasah Islam, yang melalui proses pembenahan syakhsyiyyah yang kokoh, mengetahui benar-benar bahwa adalah mustahil mempunyai hasrat dan tujuan yang bersifat keduniaan serta didorong oleh keserakahan hawa nafsu. Sesungguhnya dia tidak berpikir demikian untuk menghadapi perselisihan, masalah krisis pribadi dan bergolong-golongan karena kepentingan dunia. Wahai, dai-dai yang menyeru ke jalan Allah, yang

AS dan Strateginya Menghadapi Kebangkitan Islam

Sejak kemenangan Revolusi Islam Iran dan dimulainya proses kebangkitan Islam, wacana dunia Islam memiliki definisi dan makna baru yang tak lagi terikat dengan batasan geografis. Republik Islam Iran sebagai pusat gejolak dan kebangkitan Islam merupakan markas krisis dan gejolak. Harus diakui bahwa pengaruh terpenting dari Revolusi Islam Iran adalah dampaknya terhadap kebangkitan dunia Islam. Prosesnya tidak hanya terjadi dalam kehidupan spiritual individu saja melainkan menjalar hingga ke sektor politik. Saat ini, agama Islam dijadikan sebagai landasan politik dan bahkan undang-undang negara-negara Islam. Sebab itu, gelombang kebangkitan Islam dalam lembaga dan organisasi perjuangan anti-aroganisme kini memilki format baru. Sejak empat abad lalu, dunia merupakan ajang pementasan kolonialisme dan imperialisme Barat. Namun Revolusi Islam Iran telah mengilhami setiap bangsa untuk bangkit melawan arogansi Barat khususnya AS. Dukungan para pemimpin Republik Islam Iran ter

Akhlak Pecinta Ahlulbait

Oleh: Syaikh Shaduq 1. Dari Ayahandaku, semoga Allah swt memberi rahmat kepadanya, ia mengatakan telah meriwayatkan kepadaku Ali Bin Husain Asyad Abadi dari Jabir bin Ju’fi, ia mengatakan telah berkata Abu Ja’far: “Apakah cukup yang menjadi syiah dengan hanya mengatakan cinta kepada Ahlulbait? Imam menjawab, “Demi Allah , tiada lain Syiah kami adalah mereka yang bertakwa kepada Allah dan mentaati-Nya, Mereka hanya dikenal dengan ketawadhuan, kekhusyu’an, menunaikan amanat, dan banyak berdzikir kepada Allah, shaum, shalat, berbuat baik kepada orang tua, baik kepada tetangga yang miskin, yang fakir, yang punya hutang, anak-anak yatim, jujur, membaca Quran, menjaga lisan kecuali dengan perkataan yang baik, Orang-orang syiah adalah amanah bagi para keluarga mereka”. Jabir kemudian mengatakan: “Wahai putra Rasulullah saw, kami mengenal mereka tetapi tidak memiliki sifat-sifat seperti ini”. Beliau mengatakan,” Wahai Jabir janganlah engkau bermazhab kepada orang-

Dialog Yohanes dengan Ulama Mazhab Yang Empat (Bagian 3)

Sesungguhnya kelompok Mu’tazilah, mereka itu adalah ahli fakir. Dari mereka inilah manusia belajar tentang ilmu ini, dan mereka itu adalah murid-muridnya. Karena guru besar mereka yang bernama Washil bin ‘Atha adalah murid Abi hasyim Abdullah bin Muhammad ibn al-Hanafiyyah,[1] sementara Abi Hisyam Abdullah adalah murid ayahnya, dan ayahnya adalah murid ‘Ali bin Abi Thalib kw. Adapun kelompok Asy’ari, mereka itu berakhir kepada Abu Hasan al-Asy’ari. Dia adalah murid dari Abu ‘Ali al-Juba’i, dan Abu ‘Ali al-Juba’i adalah murid Washil bin ‘Atha.[2] Adapun kelompok Imamiyyah dan Zaidiyyah, bermuara mereka kepadanya amat jelas sekali. Adapun dalam bidang ilmu fikih, dia itu adalah pokok dan dasarnya. Seluruh fakih di dalam Islam menisbahkan diri mereka kepadanya. Adapun Malik, dia mengambil fikih dari Rabi’ah ar-Ra’y, sementara Rabi’ah ar-Ra’y mengambil dari ‘Ikrimah, ‘Ikramah mengambilnya dari Abdullah, dan Abdullah mengambilnya dari ‘Ali As. Adapun Ab

Dialog Yohanes dengan Ulama Mazhab Yang Empat (Bagian 2)

Yohanes berkata, `Maka mereka pun berdiri, lalu berpisah dan kemudian tidak keluar dari rumah masing-masing selama seminggu. Tatkala mereka keluar rumah, masyarakat mengecam mereka. Setelah beberapa hari kemudian mereka pun berdamai dan berkumpul di mustanshiriyyah , dan saya pun duduk dan berbincang-bincang kembali bersama mereka. Saya berkata kepada mereka, `Saya menginginkan seorang ulama dari kalangan ulama rafidhi (Syi`ah), supaya kita berdialog dengannya tentang mahzabnya. Apakah Anda bersedia mendatangkan seorang dari mereka untuk kita berdialog dengan-nya?` Ulama-ulama mahzab yang empat itu berkata, “Wahai Yohanes, kelompok Rafidhah itu jumlahnya sedikit. Mereka tidak bisa menampakkan diri di tengah-tengan kaum Muslimin, karena sedikitnya jumlah mereka, dan juga karena banyaknya musuh mereka. Mereka tidak akan menampakkan diri, apalagi dapat berdebat dengan kita tentang mahzab mereka. Mereka itu sangat sedikit jumlahnya dan sangat banyak musuhnya.” Y

Dialog Yohanes dengan Ulama Mazhab Yang Empat (Bagian 1)

Dialog Yohanes dengan Ulama Mazhab Yang Empat (Bagian 1) Dialog ini merupakan dialog yang indah. Para pembaca hendaknya merenungi berbagai hujjah yang kokoh dan bijaksana yang terdapat dalam dialog ini. Saya menukil dialog ini dari kitab  Munadzarah fi al-Imamah , karya Abdullah Hasan. Yohanes berkata, “Ketika saya melihat berbagai perselisihan di kalangan para sahabat besar, yang nama-nama mereka disebut bersama nama Rasulullah di atas mimbar, hati saya menjadi resah dan gelisah, dan hampir saya mendapat musibah dalam agama saya. Maka saya pun bertekad untuk pergi ke Baghdad, yang merupakan kubah Islam, untuk menanyakan berbagai perselisihan yang terjadi di antara para ulama kaum Muslimin yang saya lihat, supaya saya dapat mengetahui kebenaran dan mengikutinya. Ketika saya berkumpul dengan para ulama dari mahzab yang empat saya berkata kepada mereka, `Saya adalah seorang  dzimmi , dan Allah Swt telah menunjukkan saya kepada Islam, maka saya pun memeluk Islam.