(1) Mempercayai Sesuatu Secara Intelektual adalah Satu Hal dan Meyakininya adalah Hal Lain.
(2) Keyakinan tidak dpt diperoleh melalui argumen. Bukan berarti argumen tdk berguna. Argumen tetap diperlukan. Tetapi hanya sebatas utk memahami masalah keesaan Allah menurut kapasitas akal. Mempercayainya adalah langkah berikutnya.
(3) Manusia secara RASIONAL mungkin dpt mengerti suatu kebenaran, namun karena tak benar2 MEMPERCAYAINYA mereka tidak akan bertindak sesuai dg kebenaran tsb.
(4) Filsafat sendiri merupakan cara, bukan tujuan. Yaitu cara utk memahami problem, tapi tidak membawa ke keimanan yg kuat, yg merupakan masalah intuisi & rasa.
(5) Kita harus mempercayai bhw surga menunggu org2 yg beriman dan berbuat baik; jangan sekadar dipahami dg akal, karena terdpt perbedaan yg besar antara PERSEPSI RASIONAL dg KEYAKINAN MELALUI HATI.
(6) Semata2 MENGETAHUI ttg Rasul tidaklah berarti apa2; yg berguna adalah BERIMAN kpdnya. MEMBUKTIKAN bhw Allah ada tdklah cukup, manusia hrs BERIMAN kpdNya dan menaati sgl perintahNya dg sepenuh hati.
(7) Nama2 Allah juga merupakan tanda2 dari Hakikat SuciNya; dan HANYA NAMA2NYA yg dpt DIKENAL manusia. HAKIKAT/ZAT Tuhan itu sendiri tdk diketahui oleh SIAPA PUN. Bahkan PENGHULU PARA NABI (Muhammad Saw), manusia yg paling berilmu dan mulia, TIDAK DAPAT MENCAPAI PENGETAHUAN ttg HAKIKAT/ZATNYA. Hakikat SuciNya TIDAK DIKETAHUI OLEH SIAPA PUN SELAIN OLEH DIA SENDIRI.
(8) Segala bencana yg menimpa manusia berasal dari kesombongan diri. Manusia mencintai dirinya (egonya) dan ingin dipuji org lain. Tapi inilah kekeliruannya. Dia tdk sadar dirinya bukan apa2 dan bhw dia milik Sang Wujud.
(9) Al-Quran memiliki tujuh atau 70 tingkat makna, dan yg terendah adalah yg disampaikan kpd kita.
(Dikutip dari buku Rahasia Basmalah dan Hamdalah, Imam Khomeini qs, Mizan)
(2) Keyakinan tidak dpt diperoleh melalui argumen. Bukan berarti argumen tdk berguna. Argumen tetap diperlukan. Tetapi hanya sebatas utk memahami masalah keesaan Allah menurut kapasitas akal. Mempercayainya adalah langkah berikutnya.
(3) Manusia secara RASIONAL mungkin dpt mengerti suatu kebenaran, namun karena tak benar2 MEMPERCAYAINYA mereka tidak akan bertindak sesuai dg kebenaran tsb.
(4) Filsafat sendiri merupakan cara, bukan tujuan. Yaitu cara utk memahami problem, tapi tidak membawa ke keimanan yg kuat, yg merupakan masalah intuisi & rasa.
(5) Kita harus mempercayai bhw surga menunggu org2 yg beriman dan berbuat baik; jangan sekadar dipahami dg akal, karena terdpt perbedaan yg besar antara PERSEPSI RASIONAL dg KEYAKINAN MELALUI HATI.
(6) Semata2 MENGETAHUI ttg Rasul tidaklah berarti apa2; yg berguna adalah BERIMAN kpdnya. MEMBUKTIKAN bhw Allah ada tdklah cukup, manusia hrs BERIMAN kpdNya dan menaati sgl perintahNya dg sepenuh hati.
(7) Nama2 Allah juga merupakan tanda2 dari Hakikat SuciNya; dan HANYA NAMA2NYA yg dpt DIKENAL manusia. HAKIKAT/ZAT Tuhan itu sendiri tdk diketahui oleh SIAPA PUN. Bahkan PENGHULU PARA NABI (Muhammad Saw), manusia yg paling berilmu dan mulia, TIDAK DAPAT MENCAPAI PENGETAHUAN ttg HAKIKAT/ZATNYA. Hakikat SuciNya TIDAK DIKETAHUI OLEH SIAPA PUN SELAIN OLEH DIA SENDIRI.
(8) Segala bencana yg menimpa manusia berasal dari kesombongan diri. Manusia mencintai dirinya (egonya) dan ingin dipuji org lain. Tapi inilah kekeliruannya. Dia tdk sadar dirinya bukan apa2 dan bhw dia milik Sang Wujud.
(9) Al-Quran memiliki tujuh atau 70 tingkat makna, dan yg terendah adalah yg disampaikan kpd kita.
(Dikutip dari buku Rahasia Basmalah dan Hamdalah, Imam Khomeini qs, Mizan)
Komentar
Posting Komentar