Yohanes
berkata, `Maka mereka pun berdiri, lalu berpisah dan kemudian tidak
keluar dari rumah masing-masing selama seminggu. Tatkala mereka keluar
rumah, masyarakat mengecam mereka. Setelah beberapa hari kemudian mereka
pun berdamai dan berkumpul di mustanshiriyyah, dan saya pun
duduk dan berbincang-bincang kembali bersama mereka. Saya berkata kepada
mereka, `Saya menginginkan seorang ulama dari kalangan ulama rafidhi
(Syi`ah), supaya kita berdialog dengannya tentang mahzabnya. Apakah
Anda bersedia mendatangkan seorang dari mereka untuk kita berdialog
dengan-nya?`
Ulama-ulama mahzab yang empat itu berkata, “Wahai Yohanes, kelompok Rafidhah itu jumlahnya sedikit. Mereka tidak bisa menampakkan diri di tengah-tengan kaum Muslimin, karena sedikitnya jumlah mereka, dan juga karena banyaknya musuh mereka. Mereka tidak akan menampakkan diri, apalagi dapat berdebat dengan kita tentang mahzab mereka. Mereka itu sangat sedikit jumlahnya dan sangat banyak musuhnya.”
Yohanes berkata, “Ini merupakan pujian buat mereka, karena Allah Swt telah memuji kelompok yang sedikit dan mencela kelompok yang banyak. Allah Swt berfirman,
`Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.` (QS. Saba: 13)
`Dan tidaklah beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.` (QS. Hud: 40)
`Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.` (QS. Al-An`am: 116)
`Dan engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.` (QS. Al-A`raf: 17)
`Akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.` (QS. Al-Baqarah: 243)
`Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.` (QS. Al-An`am: 37)
`Akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.` (QS. Ar-Ra`d: 1)
Dan ayat-ayat lainnya.”
Para ulama tersebut berkata, “Wahai Yohanes, keadaan mereka lebih besar dari yang disifatkan. Karena, jika kami mengenal salah seorang dari mereka, maka kami akan terus membuntutinya hingga kami membunuhnya. Karena dalam pandangan kami, mereka itu kafir dan halal darahnya. Bahkan, di kalangan para ulama kita ada yang memberikan fatwa bahwa harta dan wanita mereka halal.”
Yohanes berkata, “Allah Maha Besar. Ini perkara yang besar sekali. Anda memandang mereka berhak mendapatkan semua ini, apakah karena mereka mengingkari syahadat-ain?”
Para ulama menjawab, “Tidak.”
Yohanes berkata lagi, “Apakah karena mereka tidak menghadap kiblat kaum Muslimin?”
Mereka mereka menjawab, “Tidak.”
Yohanes bertanya lagi, “Apakah karena mereka mengingkari shalat, puasa, haji, zakat atau jihad?”
Mereka menjawab, “Tidak. Bahkan mereka mengerjakan shalat, puasa, haji, zakat dan jihad.”
Yohanes kembali bertanya, “Apakah karena mereka mengingkari hari kebangkitan, shirat, timbangan dan syafaat?”
Para ulama menjawab, “Tidak. Bahkan mereka mengakui yang demikian dengan sebaik-baiknya pengakuan.”
Yohanes bertanya lagi, “Apakah karena mereka membolehkan perbuatan zina, sodomi, meminum khamar, riba, alat musik dan alat-alat hiburan lainya?”
Mereka menjawab, “Tidak. Bahkan mereka menjauhi dan mengharamkannya.”
Yohanes berkata, “Demi Allah, sungguh mengherankan, bagaimana mungkin sebuah kaum yang bersaksi dengan dua syahadat (syahadatain), mengerjakan shalat dengan menghadap kiblat, berpuasa di bulan Ramadhan, pergi haji ke baitul Haram, meyakini hari kebangkitan dan rincian perhitungan, dihalalkan darahnya, hartanya dan wanitanya, padahal Nabi Anda sendiri telah bersabda, `Saya diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah. Jika mereka mengatakan itu, maka terjagalah dariku darahnya, hartanya, dan wanitanya. Adapun perhitungan mereka berada di tangan Allah.”[1]
Para ulama itu berkata, “Wahai Yohanes, sesungguhnya mereka telah membuat bid`ah di dalam agama. Salah satunya ialah, mereka mengatakan bahwa `Ali As adalah manusia paling utama setelah Rasul-ullah Saw, dan mereka lebih mengutamakannya atas para khalifah yang tiga (Abu Bakar, `Umar bin Khattab dan Utsman), padahal generasi pertama telah sepakat bahwa khalifah yang paling utama adalah khalifah yang pertama (Abu Bakar).”
Yohanes berkata, “Bagaimana pendapat Anda jika ada orang yang mengatakan bahwa `Ali lebih baik dan lebih utama dari Abu Bakar, apakah Anda mengkafirkannya?”
Mereka menjawab, “Ya. Karena telah menyalahi ijma`.”
Yohanes berkata lagi, “Bagaimana pendapat Anda tentang muhaddis Anda yang bernama al-Hafidz Abu Bakar Ahmad bin Musa bin Mardawaih?”
Para ulama menjawab, “Dia orang yang dapat dipercaya. Diterima riwayatnya dan lurus sifatnya.”
Yohanes berkata, “Ini kitabnya yang berjudul Kitab al-Manaqib. Di dalam kitab ini dia meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw telah bersabda, `Ali adalah sebaik-baiknya manusia, barangsiapa yang enggan menerimanya maka dia telah kafir.`
Di dalam kitab ini juga disebutkan, dari Salman, dari Rasulullah Saw yang bersabda, “`Ali bin Abi Thalib adalah sebaik-baiknya orang yang aku jadikan pengganti sepeninggalku.”
Di dalam kitab ini juga disebutkan, dari Anas bin Malik yang berkata bahwa Rasulullah Saw telah bersabda, “Saudaraku, pembantuku dan sebaik-baiknya orang yang aku jadikan pengganti sepeninggalku adalah `Ali bin Abi Thalib.”
Dari Imam Anda, Ahmad bin Hanbal, dia meriwayatkan di dalam musnad-nya bahwa Rasulullah Saw telah bersabda kepada Fatimah, “Tidakkah engkau rida aku nikahkan engkau dengan orang yang paling pertama masuk Islam dari umatku, dan orang yang paling banyak ilmunya serta paling besar kebijaksanaanya.”[2]
Ahmad juga meriwayatkan di dalam musnad-nya bahwa Rasulullah Saw telah bersabda, “Ya Allah, datangkanlah kepadaku hamba-Mu yang paling Kamu cintai.”[3] Lalu datanglah `Ali bin Abi Thalib kw. Hadis ini juga disebutkan oleh Nasa`i dan Turmudzi di dalam kitab shahih mereka.[4] Mereka berdua juga termasuk ulama Anda.
Akhthab Khawarizmi juga meriwayatkan hadis ini di dalam kitab al-Manaqib dia juga termasuk dari ulama Ahlus Sunnah dari Muadz bin Jabal yang berkata, “Rasulullah Saw telah bersabda, `Wahai `Ali, aku mengunggulimu dalam kenabian, karena tidak ada nabi sepeninggalku; namun kamu mengungguli manusia dengan tujuh hal, yang tidak ada seorang pun dari bangsa Quraisy yang mendebatmu tentang hal itu: kamu adalah orang yang pertama kali beriman kepada Allah di antara mereka, orang yang paling menunaikan perintah Allah dan perjanjian dengan-Nya, orang yang paling rata dalam pembagian, orang yang paling adil kepada rakyat, orang yang paling tahu tentang permasalahan dan orang yang paling besar keutamaannya di sisi Allah pada hari kiamat.”[5]
Penulis kitab Kifayah ath-Thalib, yang merupakan salah seorang dari ulama Anda berkata, “Hadis ini hadis hasan yang tinggi, dan al-Hafidz Abu Na`im meriwayatkannya di dalam kitab Hilyah al-Awliya.”[6]
Yohanes berkata, “Wahai para pemimpin Islam, hadis-hadis yang shahih ini yang diriwayatkan oleh para Imam Anda, dngan jelas mengatakan kelebihutamaan dan kelebih-baikan `Ali atas seluruh manusia. Lantas, apa dosa kaum Rafidhah? Sesungguhnya ini adalah semata-mata dosa dari para ulama Anda dan orang-orang yang meriwayatkan dengan tidak benar serta membuat-buat kebohongan atas Allah dan Rasul-Nya.”
Mereka berkata, “Wahai Yohanes, sesungguhnya mereka tidak meriwayatkan dengan tidak benar, dan juga tidak membuat-buat kebohongan, hanya saja hadis-hadis ini mempunyai takwil dan pertentangan.”
Yohanes berkata, “Takwil yang mana yang dapat diterima terhadap hadis-hadis yang ditujukan secara khusus kepada manusia tertentu. Karena nas hadis-hadis ini secara eksplisit mengatakan bahwa `Ali kw lebih baik dari Abu Bakar, dan ini tidak dapat ditakwilkan kecuali jika Anda mengeluarkan Abu Bakar dari kelompok manusia. Kalaupun seumpamanya kita menerima bahwa hadis-hadis ini tidak menunjukkan kepada makna di atas, namun coba beritahukan ke-pada saya mana di antara mereka berdua yang paling banyak berjihad?”
Mereka menjawab, “`Ali.”
Yohanes berkata, “Allah Swt telah berfirman, `Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang duduk dengan pahala yang besar` (QS. An-Nisa: 95). Bunyi nas ini begitu amat jelas.”
Mereka berkata, “Abu Bakar juga seorang mujahid. Maka oleh karena itu tidak harus `Ali lebih utama dari Abu Bakar.”
Yohanes berkata, “Jihad yang lebih sedikit apabila dibandingkan kepada jihad yang lebih banyak, maka dianggap duduk. Kalaupun seumpamanya maknanya demikian, lantas apa yang dimaksud oleh Anda dengan `orang yang lebih utama`?”
Mereka menjawab, “yaitu orang yang berkumpul pada dirinya berbagai kesempur-naan dan keutamaan, baik yang berupa bawaan maupun yang diperoleh karena jerih payah usaha, seperti kemuliaan asal-usul, keilmuan, kezuhudan, keberanian, dan sifat-sifat lainnya yang merupakan cabang dari sifat-sifat ini.”
Yohanes berkata, “Seluruh keutamaan ini ada pada diri `Ali As, dalam bentuk yang lebih baik dibandingkan yang lainnya.”
Yohanes berkata, “Adapun dari segi kemuliaan asal (nasab), dia adalah putra paman Rasulullah Saw, suami dari putrinya dan ayah dari kedua cucunya.
Adapun dari sisi ilmu, Rasulullah Saw telah bersabda, `Saya adalah kota ilmu dan `Ali adalah pintunya.` [7] Akal dapat memahami bahwa seseorang tidak dapat mengambil manfaat sedikit pun dari sebuah kota kecuali jika dia mengambil dari pintunya. Sehingga dengan begitu maka jalan untuk mengambil manfaat dari Rasulullah Saw hanya melalui `Ali As. Ini adalah kedudukan yang tinggi. Rasulullah juga telah bersabda, `Orang yang paling mengetahui di antara kamu adalah `Ali.`[8] Kepadanyalah dinisbahkan seluruh permasalahan, berhentinya seluruh golongan, dan berpihaknya seluruh kelompok. Dia adalah pemuka dan sumber keutamaan, serta pemenang yang memenangkan arenanya. Setiap orang yang unggul di dalamnya semuanya mengambil darinya, mengikuti jejaknya dan meniru contohnya. Anda tentu telah mengetahui bahwa semulia-mulianya ilmu adalah tentang Ketuhanan. Ilmu ini dikutip dari perkataannya, dinukil darinya dan bermula dari dirinya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[1] Shahih Muslim, jld 1, hlm 51-53.
[2] Musnad Ahmad, jld 5, hlm 25; al-Mu’jam al-Kabir, Thabrani, jld 20, hlm 229-230; Majma’ az-Zawa’id, jld 9, hlm 102; Kanz al-‘Ummal, jld 11, hlm 605, hadis 32924.
[3] Al-Mu’jam al-Kabir, Thabari, jld 1, hlm 226; Tarikh Baghdad, jld 9, hlm 369; Kanz al-‘Ummal, jld 13, hlm 167, hadis 36507. Juga telah ditulis kitab-kitab yang khusus membahas hadis ini, seperti kitab Qishshah ath-Thayr, karya Hakim Naisaburi, yang wafat pada tahun 405 H.
[4] Shahih Turmudzi, jld 5, hlm 595, haid 3721; Majma’ az-Zawa’id, jld 9, hlm 126; al-Mustadrak, jld 3, hlm 130; Misykat al-Mashayih, Khatib Tabrizi, jld 3, hlm 1721; Khasha’ish Amir al-Mukminin, Nasa’i, hlm 34
[5] Manaqib al-Khawarizmi, hlm 110; Fara’id as-Simthain, jld 1, hlm 223.
[6] Kifayah ath-Thalib, hlm 270; Hilyah al-Awliya, jld 1, hlm 65-66.
[7] Ibnu Jarir ath-Thabari di dalam Musnad ‘Ali, dari Tahdzib al-Atsar, hlm 105; al-Mustadrak, jld 3, hlm 126; Majma’ az-Zawa’id, jld 9, hlm 114; al-Mu’jam al-Kabir, Thabari, jld 11, hlm 65-66; Tharikh Baghdad, jld 4, hlm 348; Kanz al-‘Ummal, jld 11, hlm 614, hadis 32877 dan 32078; Dzakha’ir al-‘Uqba, hlm 83; juga telah ditulis beberapa kitab yang khusus yang membahas hadis ini, seperti kitab Fath al-Malik al-‘Ali, yang berbicara tentang keshahihan hadis ini, karya al-Mughrizi
[8] Ath-Thabaqat, Ibnu Sa’ad, jld 2, hlm 135; Dzakha’ir al-‘Uqba, hlm 83, Manaqib al-Khawarizmi, hlm 81; Musnad Ahmad, jld 5, hlm 113.
Ulama-ulama mahzab yang empat itu berkata, “Wahai Yohanes, kelompok Rafidhah itu jumlahnya sedikit. Mereka tidak bisa menampakkan diri di tengah-tengan kaum Muslimin, karena sedikitnya jumlah mereka, dan juga karena banyaknya musuh mereka. Mereka tidak akan menampakkan diri, apalagi dapat berdebat dengan kita tentang mahzab mereka. Mereka itu sangat sedikit jumlahnya dan sangat banyak musuhnya.”
Yohanes berkata, “Ini merupakan pujian buat mereka, karena Allah Swt telah memuji kelompok yang sedikit dan mencela kelompok yang banyak. Allah Swt berfirman,
`Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.` (QS. Saba: 13)
`Dan tidaklah beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.` (QS. Hud: 40)
`Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.` (QS. Al-An`am: 116)
`Dan engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.` (QS. Al-A`raf: 17)
`Akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.` (QS. Al-Baqarah: 243)
`Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.` (QS. Al-An`am: 37)
`Akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.` (QS. Ar-Ra`d: 1)
Dan ayat-ayat lainnya.”
Para ulama tersebut berkata, “Wahai Yohanes, keadaan mereka lebih besar dari yang disifatkan. Karena, jika kami mengenal salah seorang dari mereka, maka kami akan terus membuntutinya hingga kami membunuhnya. Karena dalam pandangan kami, mereka itu kafir dan halal darahnya. Bahkan, di kalangan para ulama kita ada yang memberikan fatwa bahwa harta dan wanita mereka halal.”
Yohanes berkata, “Allah Maha Besar. Ini perkara yang besar sekali. Anda memandang mereka berhak mendapatkan semua ini, apakah karena mereka mengingkari syahadat-ain?”
Para ulama menjawab, “Tidak.”
Yohanes berkata lagi, “Apakah karena mereka tidak menghadap kiblat kaum Muslimin?”
Mereka mereka menjawab, “Tidak.”
Yohanes bertanya lagi, “Apakah karena mereka mengingkari shalat, puasa, haji, zakat atau jihad?”
Mereka menjawab, “Tidak. Bahkan mereka mengerjakan shalat, puasa, haji, zakat dan jihad.”
Yohanes kembali bertanya, “Apakah karena mereka mengingkari hari kebangkitan, shirat, timbangan dan syafaat?”
Para ulama menjawab, “Tidak. Bahkan mereka mengakui yang demikian dengan sebaik-baiknya pengakuan.”
Yohanes bertanya lagi, “Apakah karena mereka membolehkan perbuatan zina, sodomi, meminum khamar, riba, alat musik dan alat-alat hiburan lainya?”
Mereka menjawab, “Tidak. Bahkan mereka menjauhi dan mengharamkannya.”
Yohanes berkata, “Demi Allah, sungguh mengherankan, bagaimana mungkin sebuah kaum yang bersaksi dengan dua syahadat (syahadatain), mengerjakan shalat dengan menghadap kiblat, berpuasa di bulan Ramadhan, pergi haji ke baitul Haram, meyakini hari kebangkitan dan rincian perhitungan, dihalalkan darahnya, hartanya dan wanitanya, padahal Nabi Anda sendiri telah bersabda, `Saya diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah. Jika mereka mengatakan itu, maka terjagalah dariku darahnya, hartanya, dan wanitanya. Adapun perhitungan mereka berada di tangan Allah.”[1]
Para ulama itu berkata, “Wahai Yohanes, sesungguhnya mereka telah membuat bid`ah di dalam agama. Salah satunya ialah, mereka mengatakan bahwa `Ali As adalah manusia paling utama setelah Rasul-ullah Saw, dan mereka lebih mengutamakannya atas para khalifah yang tiga (Abu Bakar, `Umar bin Khattab dan Utsman), padahal generasi pertama telah sepakat bahwa khalifah yang paling utama adalah khalifah yang pertama (Abu Bakar).”
Yohanes berkata, “Bagaimana pendapat Anda jika ada orang yang mengatakan bahwa `Ali lebih baik dan lebih utama dari Abu Bakar, apakah Anda mengkafirkannya?”
Mereka menjawab, “Ya. Karena telah menyalahi ijma`.”
Yohanes berkata lagi, “Bagaimana pendapat Anda tentang muhaddis Anda yang bernama al-Hafidz Abu Bakar Ahmad bin Musa bin Mardawaih?”
Para ulama menjawab, “Dia orang yang dapat dipercaya. Diterima riwayatnya dan lurus sifatnya.”
Yohanes berkata, “Ini kitabnya yang berjudul Kitab al-Manaqib. Di dalam kitab ini dia meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw telah bersabda, `Ali adalah sebaik-baiknya manusia, barangsiapa yang enggan menerimanya maka dia telah kafir.`
Di dalam kitab ini juga disebutkan, dari Salman, dari Rasulullah Saw yang bersabda, “`Ali bin Abi Thalib adalah sebaik-baiknya orang yang aku jadikan pengganti sepeninggalku.”
Di dalam kitab ini juga disebutkan, dari Anas bin Malik yang berkata bahwa Rasulullah Saw telah bersabda, “Saudaraku, pembantuku dan sebaik-baiknya orang yang aku jadikan pengganti sepeninggalku adalah `Ali bin Abi Thalib.”
Dari Imam Anda, Ahmad bin Hanbal, dia meriwayatkan di dalam musnad-nya bahwa Rasulullah Saw telah bersabda kepada Fatimah, “Tidakkah engkau rida aku nikahkan engkau dengan orang yang paling pertama masuk Islam dari umatku, dan orang yang paling banyak ilmunya serta paling besar kebijaksanaanya.”[2]
Ahmad juga meriwayatkan di dalam musnad-nya bahwa Rasulullah Saw telah bersabda, “Ya Allah, datangkanlah kepadaku hamba-Mu yang paling Kamu cintai.”[3] Lalu datanglah `Ali bin Abi Thalib kw. Hadis ini juga disebutkan oleh Nasa`i dan Turmudzi di dalam kitab shahih mereka.[4] Mereka berdua juga termasuk ulama Anda.
Akhthab Khawarizmi juga meriwayatkan hadis ini di dalam kitab al-Manaqib dia juga termasuk dari ulama Ahlus Sunnah dari Muadz bin Jabal yang berkata, “Rasulullah Saw telah bersabda, `Wahai `Ali, aku mengunggulimu dalam kenabian, karena tidak ada nabi sepeninggalku; namun kamu mengungguli manusia dengan tujuh hal, yang tidak ada seorang pun dari bangsa Quraisy yang mendebatmu tentang hal itu: kamu adalah orang yang pertama kali beriman kepada Allah di antara mereka, orang yang paling menunaikan perintah Allah dan perjanjian dengan-Nya, orang yang paling rata dalam pembagian, orang yang paling adil kepada rakyat, orang yang paling tahu tentang permasalahan dan orang yang paling besar keutamaannya di sisi Allah pada hari kiamat.”[5]
Penulis kitab Kifayah ath-Thalib, yang merupakan salah seorang dari ulama Anda berkata, “Hadis ini hadis hasan yang tinggi, dan al-Hafidz Abu Na`im meriwayatkannya di dalam kitab Hilyah al-Awliya.”[6]
Yohanes berkata, “Wahai para pemimpin Islam, hadis-hadis yang shahih ini yang diriwayatkan oleh para Imam Anda, dngan jelas mengatakan kelebihutamaan dan kelebih-baikan `Ali atas seluruh manusia. Lantas, apa dosa kaum Rafidhah? Sesungguhnya ini adalah semata-mata dosa dari para ulama Anda dan orang-orang yang meriwayatkan dengan tidak benar serta membuat-buat kebohongan atas Allah dan Rasul-Nya.”
Mereka berkata, “Wahai Yohanes, sesungguhnya mereka tidak meriwayatkan dengan tidak benar, dan juga tidak membuat-buat kebohongan, hanya saja hadis-hadis ini mempunyai takwil dan pertentangan.”
Yohanes berkata, “Takwil yang mana yang dapat diterima terhadap hadis-hadis yang ditujukan secara khusus kepada manusia tertentu. Karena nas hadis-hadis ini secara eksplisit mengatakan bahwa `Ali kw lebih baik dari Abu Bakar, dan ini tidak dapat ditakwilkan kecuali jika Anda mengeluarkan Abu Bakar dari kelompok manusia. Kalaupun seumpamanya kita menerima bahwa hadis-hadis ini tidak menunjukkan kepada makna di atas, namun coba beritahukan ke-pada saya mana di antara mereka berdua yang paling banyak berjihad?”
Mereka menjawab, “`Ali.”
Yohanes berkata, “Allah Swt telah berfirman, `Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang duduk dengan pahala yang besar` (QS. An-Nisa: 95). Bunyi nas ini begitu amat jelas.”
Mereka berkata, “Abu Bakar juga seorang mujahid. Maka oleh karena itu tidak harus `Ali lebih utama dari Abu Bakar.”
Yohanes berkata, “Jihad yang lebih sedikit apabila dibandingkan kepada jihad yang lebih banyak, maka dianggap duduk. Kalaupun seumpamanya maknanya demikian, lantas apa yang dimaksud oleh Anda dengan `orang yang lebih utama`?”
Mereka menjawab, “yaitu orang yang berkumpul pada dirinya berbagai kesempur-naan dan keutamaan, baik yang berupa bawaan maupun yang diperoleh karena jerih payah usaha, seperti kemuliaan asal-usul, keilmuan, kezuhudan, keberanian, dan sifat-sifat lainnya yang merupakan cabang dari sifat-sifat ini.”
Yohanes berkata, “Seluruh keutamaan ini ada pada diri `Ali As, dalam bentuk yang lebih baik dibandingkan yang lainnya.”
Yohanes berkata, “Adapun dari segi kemuliaan asal (nasab), dia adalah putra paman Rasulullah Saw, suami dari putrinya dan ayah dari kedua cucunya.
Adapun dari sisi ilmu, Rasulullah Saw telah bersabda, `Saya adalah kota ilmu dan `Ali adalah pintunya.` [7] Akal dapat memahami bahwa seseorang tidak dapat mengambil manfaat sedikit pun dari sebuah kota kecuali jika dia mengambil dari pintunya. Sehingga dengan begitu maka jalan untuk mengambil manfaat dari Rasulullah Saw hanya melalui `Ali As. Ini adalah kedudukan yang tinggi. Rasulullah juga telah bersabda, `Orang yang paling mengetahui di antara kamu adalah `Ali.`[8] Kepadanyalah dinisbahkan seluruh permasalahan, berhentinya seluruh golongan, dan berpihaknya seluruh kelompok. Dia adalah pemuka dan sumber keutamaan, serta pemenang yang memenangkan arenanya. Setiap orang yang unggul di dalamnya semuanya mengambil darinya, mengikuti jejaknya dan meniru contohnya. Anda tentu telah mengetahui bahwa semulia-mulianya ilmu adalah tentang Ketuhanan. Ilmu ini dikutip dari perkataannya, dinukil darinya dan bermula dari dirinya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[1] Shahih Muslim, jld 1, hlm 51-53.
[2] Musnad Ahmad, jld 5, hlm 25; al-Mu’jam al-Kabir, Thabrani, jld 20, hlm 229-230; Majma’ az-Zawa’id, jld 9, hlm 102; Kanz al-‘Ummal, jld 11, hlm 605, hadis 32924.
[3] Al-Mu’jam al-Kabir, Thabari, jld 1, hlm 226; Tarikh Baghdad, jld 9, hlm 369; Kanz al-‘Ummal, jld 13, hlm 167, hadis 36507. Juga telah ditulis kitab-kitab yang khusus membahas hadis ini, seperti kitab Qishshah ath-Thayr, karya Hakim Naisaburi, yang wafat pada tahun 405 H.
[4] Shahih Turmudzi, jld 5, hlm 595, haid 3721; Majma’ az-Zawa’id, jld 9, hlm 126; al-Mustadrak, jld 3, hlm 130; Misykat al-Mashayih, Khatib Tabrizi, jld 3, hlm 1721; Khasha’ish Amir al-Mukminin, Nasa’i, hlm 34
[5] Manaqib al-Khawarizmi, hlm 110; Fara’id as-Simthain, jld 1, hlm 223.
[6] Kifayah ath-Thalib, hlm 270; Hilyah al-Awliya, jld 1, hlm 65-66.
[7] Ibnu Jarir ath-Thabari di dalam Musnad ‘Ali, dari Tahdzib al-Atsar, hlm 105; al-Mustadrak, jld 3, hlm 126; Majma’ az-Zawa’id, jld 9, hlm 114; al-Mu’jam al-Kabir, Thabari, jld 11, hlm 65-66; Tharikh Baghdad, jld 4, hlm 348; Kanz al-‘Ummal, jld 11, hlm 614, hadis 32877 dan 32078; Dzakha’ir al-‘Uqba, hlm 83; juga telah ditulis beberapa kitab yang khusus yang membahas hadis ini, seperti kitab Fath al-Malik al-‘Ali, yang berbicara tentang keshahihan hadis ini, karya al-Mughrizi
[8] Ath-Thabaqat, Ibnu Sa’ad, jld 2, hlm 135; Dzakha’ir al-‘Uqba, hlm 83, Manaqib al-Khawarizmi, hlm 81; Musnad Ahmad, jld 5, hlm 113.
Komentar
Posting Komentar