Oleh : Titisan Ahmadinejad
“Sesungguhnya agama ini adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.”
(Q.S. Al-Anbiya, 21 : 92)
Belum
lekang dalam ingatan kita ketika Amerika menginvasi Iraq dan
Afganistan,jutaan warga sipil tak berdosa menjadi
korban.Perempuan,anak-anak dan orang tua menjadi korban keganasan
mesin-mesin senjata modern demi peneguhan sebuah negara yang ingin
menjadi penguasa dunia.Apa yang kita saksikan hari ini merupakan praktek
kolonialisme modern yang tidak jauh berbeda dengan praktek penjajahan
yang dibuat negara-negara Barat ratusan tahun yang lalu ketika mereka
menjarah hasil bumi,tambang dan mengambil alih semua kekayaan masyarakat
dunia ketiga.Mereka menjarah Asia,mereka menjarah Afrika dan Amerika
Latin.Bentuk praktek yang barbarian ini kembali dipertunjukan Amerika
Serikat dengan mengebom rumah-rumah masyrakat sipil dan fasilitas
publik(rumah sakit,tempat ibadah,sekolah,pasar,jalan,jembatan,museum dan
lain-lain) atas nama terorisme di Iraq dan Afganistan.Sementara justru
merekalah yang mempraktekkan bentuk terorisme yang paling nyata.
Realitas
ini haruslah menjadi bahan renungan sekaligus pelajaran berharga bagi
ummat Islam bahwa persatuaan Islam harus dijadikan sebagai landasan
kekuatan.Sebab jika tidak maka bencana yang terjadi di Iraq dan
Afganistan tinggal tunggu waktu saja bagi negara-negara
muslim atau negara yang masyarakat muslimnya besar.Arah politik dunia
memang tidak berpihak pada ummat Islam,terutama pasca peristiwa Sebelas
September.Prediksi Hungtinton dalam bukunya The Class Of Civilication
menegaskan bahwa musuh baru Amerika adalah Islam, membuat para petinggi
gedung putih sibuk merancang sebuah imperium baru bernama Imperium
Americanum, Ide ini, selanjutnya mengilhami mimpi Bush tentang peta baru
Timur Tengah dan ternyata menjadi mimpi buruk dunia Islam.
Dalam
ranah ekonomi, dunia Islam juga masih harus menanggung kegetiran. Enam
dari delapan negara-negara paling miskin di dunia adalah negara-negara
Islam seperti Etiopia, Afghanistan, Somalia, Nigeria, Mozambiq dan
Pakistan..Jika dahulu, kelaparan memaksa negara-negara miskin menerima
kolonialisasi dan penjajahan dari banga asing. Maka, hari ini,
negara-negara miskin telah menggadaikan kedaulatan negaranya lantaran
kewajiban hutang yang bertumpuk. Padahal, pada saat yang sama, dunia
Islam mewarisi tiga perempat kekayaan mineral dan minyak dunia. Di
belahan dunia Islam yang lain, umat Islam saling berhadapan hanya karena
perbedaan mazhab, partai maupun organisasi. Tak jarang, kondisi ini
melahirkan pertumpahan darah. Ratusan, bahkan ribuan nyawa tak berdosa
telah ditumbangkan atas nama Islam. Belum lagi, ditebarnya berbagai
aliran Islam menambah kekisruhan arena panggung peradaban dunia Islam.
Realitas
yang terjadi pada umat Islam, tentu saja menyisakkan tanda tanya besar
di kepala kita tentang apa yang sebenarnya terjadi di dunia Islam. Umat
yang dahulu pernah menjadi imperium terbesar di dunia, menaklukan Persia
dan Romawi.Umat yang pernah memimpin di berbagai bidang pengetahuan
mulai dari teologi, filsafat, kimia, matematika, astronomi,kedokteran
sampai obat-obatan. Bahkan, umat yang pernah mengilhami kemajuan Eropa
hari ini. Jauh hari, paracendikiawan muslim semisal Jamaluddin Al
Afgani, Muhammad Abduh dan Muh.Iqbal menangkap kekhawatiran ini dan
mulai meniupkan ide persatuan Islam. Meski berbeda metode, ketiganya
terilhami oleh semangat Pan Islamism yang mencuat abad kesembilan
belasan.Sayangnya, perjuangan mereka belum menemukan simpulnya sampai
api revolusi Islam Iran berpijar. Bola-bola api itu lalu berhamburan ke
seluruh penjuru dunia menyiratkan kebangkitan baru dunia Islam.Khomeini,
menjadi lokomotif dalam gerakan Islam selanjutnya. Keberaniannya
menentang para tiran, mengobarkan dada para pemuda muslim di berbagai
belahan dunia.
Tiba-tiba,
dunia dikejutkan oleh sekelompok pemuda Libanon yang mampu memukul
mundur Israel. Dunia juga tercengang oleh lemparan batu para pemuda di
sudut-sudut Palestina. Di belahan lain, jutaan umat Islam mulai terbuka
kesadarannya. Tetapi, jumlah itu belum sebanding dengan mayoritas muslim
yang ada. Masih banyak umat yang tertidur, padahal tantangan ke depan
semakin besar.Perjuangan mengangkat martabat muslim masih panjang dan
api kebangkitan Islam harus terus berkorbar. Maka,setelah sang guru
mangkat, kini Khamenei yang bertugas melanjutkan misi persatuan umat.
Ayatullah
Khamenei,tidak kalah serius dari gurunya dalam menyerukan nilai-nilai
persatuan. Beberapa tahun pra Revolusi, saat beliau diasingkan di
Propinsi Baluchestan, beliau menggagas upaya persatuan bersama Almarhum
Maulavi Shahdad, seorang ulama besar Khuzestan. Beliau mengirim pesan
kepada almarhum untuk membahas dan merumuskan asas persatuan hakiki
antara Sunni dan Syiah. Rencana itupun, akhirnya terealisir setelah
revolusi. Pasca Revolusi, Ayatullah Khamenei semakin gigih memperjuangan
persatuan Islam. Beliau sendiri pernah menghadiri konferensi
interasional yang dihadiri oleh negara-negara anggota Gerakan Non-Blok
dan negara Islam. Saat itu, mayoritas negara tidak berani menyinggung
masalah pendudukan Soviet terhadap Afganistan.
Hanya
pidato beliau, sebagai wakil dari Iran, yang bernada tegas mengkritik
AS dan Uni Soviet. Pada Tahun 1969 Hs, Ayatullah Khamenei memprakarsai
berdirinya Majma Takrib Baina al-Mazhab al-Islamiyah, sebuah lembaga
yang bertujuan melakukan pendekatan kepada berbagai kelompok Islam.
Terutama, mencari titik persamaan antara kelompok Syiah dan Ahli Sunnah.
Setiap tahunnya, lembaga ini mengundang berbagai tokoh agama dari
berbagai aliran Islam di dunia. Di samping kiprah tersebut, Ayatullah
Khamenei dalam berbagai kesempatan selalu menekankan pentingnya
persatuan dunia Islam. Pada setiap musim haji,pesan persatuan tak pernah
absen disampaikan kepada para jamaah yang datang dari seluruh penjuru
dunia. Lebih dari itu, beliau secara khusus mencanangkan tahun ini,
sebagai tahun kesatuan nasional dan persatuan Islam. Dengan menyaksikan
potret dunia Islam yang terjadi saat ini, tentu saja ide tersebut
menjadi sedemikian urgen.
Dalam
ranah politik, persatuan mengandung pengertian bersatunya dua atau
lebih kelompok atau negara dengan menerima persamaan undang-undang
politik, ekonomi dan keamanan.Maka, persatuan Islam berarti bersatunya
berbagai kelompok Islam dengan mengedepankan prinsip-prinsip dasar
ajaran Islam. Dalam Al-Quran, makna persatuan dapat dilacak dalam
berbagai terma, misalnya: perdamaian, saling berpegang teguh,saling
tolong-menolong, saling berhubungan, persaudaraan, kasih sayang, umat
yang satu dan sebagainya.
Al-Quran
menggambarkan persatuan dari berbagai sisi. Pertama, Al-Quran
mengisyaratkan bahwa kecenderungan untuk bersatu, merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari eksistensi manusia.Sejak umat pertama
tercipta dan menghuni dunia, saat itu pula keinginan untuk bersatu
muncul. Manusia, dengan tujuan untuk melangsungkan kehidupan serta
mengurangi berbagi kesulitan, saling membantu antara satu dengan yang
lainnya.Tetapi, karena berbagai faktor terjadilah pertikaian dan
peperangan. Kedua, Al-Quran menjelaskan bahwa salah satu tugas kenabian
adalah meluruskan perselisihan yang terjadi di tengah umat serta
mengembalikannya kepada seruan Al-Quran.Ketiga, Quran menyebutkan
tentang dampak dan pengaruh persatuan.Misalnya, dengan persatuan, umat
Islam akan mencapai kemenangan serta kemuliaan.Selain itu, masih banyak
sisi-sisi lainnya yang dijelaskan dalam Al-Quran.
Dengan
terciptanya persatuan maka kemenangan dan kemuliaan ummat Islam akan
tercipta sebagaimana yang digambarkan dalam Al-Quran.Oleh sebab itu
tidak ada alasan bagi kita untuk tidak melakukan persatuan sebab ancaman
yang akan mengahancurkan ummat Islam sudah didepan mata.
Komentar
Posting Komentar