Kebiadaban Columbus
Columbus adalah penjahat kemanusiaan. Puluhan juta suku asli Indian musnah olehnya. Dua peneliti dari Universitas California, Sherburne dan Woodrow, di tahun 1492 jumlah orang Arawak 8 juta jiwa, tahun 1496 Columbus dat
Columbus adalah penjahat kemanusiaan. Puluhan juta suku asli Indian musnah olehnya. Dua peneliti dari Universitas California, Sherburne dan Woodrow, di tahun 1492 jumlah orang Arawak 8 juta jiwa, tahun 1496 Columbus dat
ang.
Di tahun 1508-1518, dari 8 juta tinggal tersisa 100.000 orang Arawak.
Bahkan di tahun 1514, orang Arawak dewasa tinggal 22.000. Peneliti lain,
Cook dan Borah menulis angka 27.800 (1514). “Dalam jangka waktu 20
tahun, Columbus telah membantai 90% bangsa Arawak, yang pada awalnya
berjumlah 8 juta jadi tinggal 28.000-an orang.”(!)
Selama kurang seabad Columbus di benua baru, sekitar 95 juta orang telah dibunuh secara kejam. Saat Columbus tiba di Amerika, ada 30 juta orang penduduk pribumi. Namun beberapa tahun kemudian jumlahnya menyusut tinggal 2 juta. Dalam buku berjudul “The conquest of Paradise: Christopher Colombus and the Columbian Legacy” (1991). Kirkpatrick Sale menyatakan, “Ini lebih dari suatu pembantaian biasa, ini satu pembunuhan besar-besaran, yang menghabisi lebih dari 99% penduduk, pemusnahan satu generasi.”
Pemusnahan suku Indian di Amerika ini bukan hanya dilakukan dengan pengejaran dan pembantaian, tapi juga dengan ‘senjata biologi’ bernama virus cacar. Sejumlah selimut bekas pasien cacar yang tentu saja telah terpapar virusnya, dibawa Columbus dan dipakai untuk menyelimuti orang-orang Indian yang sakit. Bukannya sembuh, banyak orang Indian yang mati dan wabah cacar dengan cepat membunuh puluhan ribu orang-orang Indian lainnya. Hal yang sama dilakukan Hernando Cortez tatkala merebut Meksiko
yang saat pertama menjejakkan kaki di negeri itu pada Februari 1519, jumlah penduduk aslinya ada sekitar 25 juta jiwa, tetapi pada 1605 jumlah itu tinggal 1 juta jiwa saja.
Kisah Hatuey
Kepala suku Indian Arawak, Hatuey, tidak mau tunduk pada Columbus. Dia lari ke hutan beserta rakyatnya. Namun tertangkap. Hatuey dan pengikutnya dihukum bakar hidup-hidup. Ketika Hatuey diikat ke kayu, seorang Pastor Fransiscan mendesaknya untuk mengakui Yesus sebagai tuhan agar jiwanya dapat pergi ke “Sorga” daripada keneraka. Hatuey menjawab dengan penuh harga diri, bahwa jika sorga itu adalah tempat bagi orang-orang Kristen maka dia lebih memilih pergi ke neraka.
“Orang-orang Spanyol itu menggantungkan 13 orang secara serentak. Angka 13 ini menyimbolkan Sang Kristus sendiri dengan 12 muridnya… Mereka pun dibakar hidup-hidup,” demikian catatan para saksi mata. Ada juga yang menulis, “Orang-orang Spanyol itu memotong tangan salah satu orang, pinggul atau kaki atau yang lain, dan juga memotong beberapa kepala dalam sekali tebas, seperti penjagal yang memotong daging sapi dan domba di pasar. Vasco de Balboa memerintahkan empat puluh orang di antara mereka yang telah koyak berkepingkeping diberikan kepada anjing yang terlihat kelaparan.”
Selama kurang seabad Columbus di benua baru, sekitar 95 juta orang telah dibunuh secara kejam. Saat Columbus tiba di Amerika, ada 30 juta orang penduduk pribumi. Namun beberapa tahun kemudian jumlahnya menyusut tinggal 2 juta. Dalam buku berjudul “The conquest of Paradise: Christopher Colombus and the Columbian Legacy” (1991). Kirkpatrick Sale menyatakan, “Ini lebih dari suatu pembantaian biasa, ini satu pembunuhan besar-besaran, yang menghabisi lebih dari 99% penduduk, pemusnahan satu generasi.”
Pemusnahan suku Indian di Amerika ini bukan hanya dilakukan dengan pengejaran dan pembantaian, tapi juga dengan ‘senjata biologi’ bernama virus cacar. Sejumlah selimut bekas pasien cacar yang tentu saja telah terpapar virusnya, dibawa Columbus dan dipakai untuk menyelimuti orang-orang Indian yang sakit. Bukannya sembuh, banyak orang Indian yang mati dan wabah cacar dengan cepat membunuh puluhan ribu orang-orang Indian lainnya. Hal yang sama dilakukan Hernando Cortez tatkala merebut Meksiko
yang saat pertama menjejakkan kaki di negeri itu pada Februari 1519, jumlah penduduk aslinya ada sekitar 25 juta jiwa, tetapi pada 1605 jumlah itu tinggal 1 juta jiwa saja.
Kisah Hatuey
Kepala suku Indian Arawak, Hatuey, tidak mau tunduk pada Columbus. Dia lari ke hutan beserta rakyatnya. Namun tertangkap. Hatuey dan pengikutnya dihukum bakar hidup-hidup. Ketika Hatuey diikat ke kayu, seorang Pastor Fransiscan mendesaknya untuk mengakui Yesus sebagai tuhan agar jiwanya dapat pergi ke “Sorga” daripada keneraka. Hatuey menjawab dengan penuh harga diri, bahwa jika sorga itu adalah tempat bagi orang-orang Kristen maka dia lebih memilih pergi ke neraka.
“Orang-orang Spanyol itu menggantungkan 13 orang secara serentak. Angka 13 ini menyimbolkan Sang Kristus sendiri dengan 12 muridnya… Mereka pun dibakar hidup-hidup,” demikian catatan para saksi mata. Ada juga yang menulis, “Orang-orang Spanyol itu memotong tangan salah satu orang, pinggul atau kaki atau yang lain, dan juga memotong beberapa kepala dalam sekali tebas, seperti penjagal yang memotong daging sapi dan domba di pasar. Vasco de Balboa memerintahkan empat puluh orang di antara mereka yang telah koyak berkepingkeping diberikan kepada anjing yang terlihat kelaparan.”
Komentar
Posting Komentar